RSS

My dream comes true


Orang bilang mimpi itu cuman sekedar bunga tidur…

“kenapa sih?” tanyaku bingung kala itu.

”kata ustadz rizal kita bakal dipulangin hari ini. Kan tanggal 30...” jawabnya.

”pulang? Ambil surat izin perpulangan ah, di kamar,” mendengar kabar perpulangan aku jadi sangat gembira. Pulang, ke rumah. Hmm,

Sampai depan gedung laboratorium, aku berpapasan dengan adikku, Rachmat yang berada satu sekolah denganku. Kita hanya berbeda asrama, namun tetap satu atap, satua naungan SMAN CMBBS.

Heran. Kenapa dia hanya membawa sebuah buku di tangannya dengan mengenakan kaos pendek warna putih dan celana putih. Namun wajahnya bukan wajah yang selama ini kulihat. Wajahnya sangat berbeda, wajah orang lain.

”Aa, mau kemana? Ayo, pulang!” tegurku.

“Tadinya ga mau pulang geh teh. Mau di sini aja,” jawabnya.

”ih, udah, ayo pulang!” paksaku. Tiba-tiba sedan merah jadul merayap pelan menuju asramaku. Wah, sepertinya orangtuaku sudah datang. Aku harus cepat meminta tanda tangan ustadz supaya bisa ditunjukkan pada satpam agar aku bisa melewati gerbang besar sekolah dan pulang ke rumah.

Aku berlari menyusuri padang ilalang. Sangat semangat, hingga aku membuat kegaduhan saat menaiki tangga. Lalu aku berpapasan dengan Rani, adik kelas yang juga satu kamar denganku. Dia sedang mencuci pakaian. Sekelilingku menjadi basah. Sepertinya ia menumpahkan airnya meskipun sedikit demi sedikit.

”ukhti ana mau ngejemur nih,” katanya padaku. Lalu aku melihat tali tegang menggantung di sekeliling tembok bagian atas.

”Mau ngejemur di sini? Ntar basah semua, sayang” Jawabku. Rani kemudian memeras cuciannya.

Aku kembali meneruskan langkahku menuju kamar 204, kamar paling ujung. Langsung menuju lemariku yang pintu sebelah kanannya rusak sehingga aku harus memisahkannya dari badan lemari itu jika aku ingin membukanya.

Segera saja aku mencari kartu izin perpulangan dari asrama di deretan buku-buku sekolah. Warnanya biru kehijauan. Tak butuh waktu lama untuk mendapatkannya, kini bukunya sudah berada di tanganku. Aku hanya harus kembali ke laboratorium untuk mendapatkan tanda tangan ustadz rizal selaku pembina asrama.

”ukhti ayu!!! Bangun!!!” suara ribut-ribut membuatku terhenyak kaget dan memaksaku membuka mata.

Aku kembali ke realita, hidupku yang sebenarnya bahwa aku masih di asrama, baru bangun tidur dan sepertinya tidak akan ada perpulangan karena kami baru saja melewati satu minggu di penjara suci ini. Dan aku menyadari satu hal bahwa itu semua hanya mimpi.

***

Pelajaran hari ini hanya kimia dan fisika. Karena bulan ramadhan, jam pelajaran dikurangi dari 45 menit menjadi 35 menit. Pukul 11 aku sudah kembali ke kamar. Rani dateng. Aku terlalu asyik merapikan lemari. Ternyata Rani nyuci baju.

”ukhti...basah!!!” teriaknya tiba-tiba.

Aku melirik ke arahnya. Ini baru saja aku lihat dalam mimpi.

***

”Ayu, mau ke ustadzah Opa ga?” ajakan Yosi akhirnya membuatku berdiri dari duduk silaku di masjid al-Madani. Padahal awalnya aku berdoa semoga tak ada orang yang memanggilku ke kamar hanya untuk mengabarkan bahwa hari ini ada tausiyah atau ada panggilan dari ustadzah opa.

Dalam perjalanan aku bertemu Esthi. Kebetulan aku belum memberitahu anggota kamarnya bahwa esok kebagian membagikan ta’jil.

”besok pulang, mbak!”

”hah?!kok?”

”iya, dipulangin. Suruh ngasihin surat buat orangtua tentang rapat RSBI”

Kok? Dipulangin? Kan baru seminggu di sini. Mimpi aku juga tiba-tiba dipulanginnya. Mungkin itu sebuah pertanda dari Allah. Tapi mungkin juga bener kata orang kalo mimpi itu cuman sekedar bunga tidur. Mungkin itu cuman sebuah kebetulan.

”Mimpi aku jadi nyata kan...nah, kalo aku tidur jangan dibangunin biar aku bisa mimpiin hal yang bakalan terjadi...”

”halaah...baru juga sekali mimpinya jadi kenyataan, udah bangga...”

”ntar kalo dibangunin ukhti ga bakal bangun-bangun. Kan ukhtinya udah pulang...”

***

0 komentar:

Post a Comment