RSS

rindu

sore ini, selepas semua kegiatan menghabiskan waktu sepanjang hari, kuputuskan kembali ke 30A. di jalan itu, jalan yang setiap sore selalu aku perhatikan, kembali aku melihatnya. seorang pria bersepeda dengan dua penumpang didepan dan belakangnya. pria itu perawakannya tidak bisa dikatakan sempurna, karena tingginya tidak seperti pria lain seusianya. tubuhnya pun agak bungkuk, padahal beliau masih seusia dengan ayahku.
ahh.. papa,
melihat pria itu, aku merindukan sosok pria usia 45 tahun yang telapak tangannya selalu kurasakan amat kasar jika menyentuh lembutnya kulitku. kulitnya pun kurasa kian melegam disengat panasnya matahari, meski ia selalu berada didalam ruang kerjanya seharian. rambutnya kian banyak dihiasi warna perak.
aku rindu tangan besar itu, yang selalu melindungi setiap kali aku menghadapi ancaman. aku rindu setiap petuahnya, yang selalu aku hindari untuk didengar. aku rindu kisah hidupnya, yang selalu ia ceritakan berulang-ulang hanya supaya aku bisa mengambil setiap pelajaran berharga yang tersirat.

aku benar-benar rindu papa... :(

sebuah renungan

ada sedikit rasa ingin ikut berkumpul bersama mereka di bawah langit Cahaya Madani Banten Boarding School, menyatukan canda dan tawa, seperti saat masa-masa berseragamkan almamater hitam. tapi aku justrus tertahan disini, di tempat perantauan nan berjarak tempuh 15 jam dari rumahku.
sekarang aku malah berada di depan gedung pusat Universitas Gadjah Mada dengan tanpa melakukan sesuatu yang berarti. hanya membunuh waktu, hingga matahari mengusirku paksa dari bawah payung teduh ini.
ya, semua ini karena aku sendirian. kesepian.
andai saja...
ah, aku tak ingin berandai andai lagi. semua andai andai itu hanya untuk mereka yang senang bermimpi tapi tak memiliki keinginan kuat untuk mewujudkan mimpi mereka.
ya, seperti aku saat ini. masih belum sanggup menentukan pilihan. akan dibawa kemana hidupku selanjutnya? apakah hanya tetap seperti ini? berhasil mendapatkan nilai tinggi dalam setiap bidang, namun tak ada tujuan khusus yang ingin dicapai. hanya mengikuti arus kehidupan yang terpaksa kulalui.
aku tahu, bahkan sangat tahu teorinya. bahwa jika kita mengalir mengikuti bagaimana mengalirnya air, kita hanya akan hanyut terbawa arus air tersebut. tanpa bisa melawan, tidak pernah bisa menentukan jalan sendiri.
maka, aku amat sangat membenci "jalani saja seperti air mengalir". sudah saatnya aku menyangkutkan diri pada sebuah dahan yang kuat dan memaksa diri untuk keluar dari arus air ini. karena hidup memiliki banyak pilihan.


inspirasi dibawah payung utara gedung pusat UGM