sore ini, selepas semua kegiatan menghabiskan waktu sepanjang hari, kuputuskan kembali ke 30A. di jalan itu, jalan yang setiap sore selalu aku perhatikan, kembali aku melihatnya. seorang pria bersepeda dengan dua penumpang didepan dan belakangnya. pria itu perawakannya tidak bisa dikatakan sempurna, karena tingginya tidak seperti pria lain seusianya. tubuhnya pun agak bungkuk, padahal beliau masih seusia dengan ayahku.
ahh.. papa,
melihat pria itu, aku merindukan sosok pria usia 45 tahun yang telapak tangannya selalu kurasakan amat kasar jika menyentuh lembutnya kulitku. kulitnya pun kurasa kian melegam disengat panasnya matahari, meski ia selalu berada didalam ruang kerjanya seharian. rambutnya kian banyak dihiasi warna perak.
aku rindu tangan besar itu, yang selalu melindungi setiap kali aku menghadapi ancaman. aku rindu setiap petuahnya, yang selalu aku hindari untuk didengar. aku rindu kisah hidupnya, yang selalu ia ceritakan berulang-ulang hanya supaya aku bisa mengambil setiap pelajaran berharga yang tersirat.
aku benar-benar rindu papa... :(
ahh.. papa,
melihat pria itu, aku merindukan sosok pria usia 45 tahun yang telapak tangannya selalu kurasakan amat kasar jika menyentuh lembutnya kulitku. kulitnya pun kurasa kian melegam disengat panasnya matahari, meski ia selalu berada didalam ruang kerjanya seharian. rambutnya kian banyak dihiasi warna perak.
aku rindu tangan besar itu, yang selalu melindungi setiap kali aku menghadapi ancaman. aku rindu setiap petuahnya, yang selalu aku hindari untuk didengar. aku rindu kisah hidupnya, yang selalu ia ceritakan berulang-ulang hanya supaya aku bisa mengambil setiap pelajaran berharga yang tersirat.
aku benar-benar rindu papa... :(
0 komentar:
Post a Comment