RSS

awal iblis dan malaikat maut

Pertemuan si iblis dengan sang pangeran berawal dalam suatu ketidak sengajaan. Iblis sedang menggoda manusia ketika sang pangeran sedang berada di atas angin. Iblis terpana dengan segala yang ada bersama sang pangeran. Suara emasnya yang mengalun merdu bagai desiran angin sepoi membelai bibir pantai di senja buta. Mata emasnya yang bagai elang kala itu tajam menatap si iblis dengan segala kesederhanaan yang menghiasinya, teduh dan menenangkan.

Aroma hangat tubuhnya yang terbalut bau kesturi surge menerbangkan iblis ke atap jannah. Detak jantungnya mendesing bagai decak bahagia seorang bocah tanpa dosa. Tubuhnya menjulang menyelimuti keapaadaannya sebagai manusia rapuh. Kesahajaannya mendedahkan si iblis bahwa saat itu ia mendesingkan hatinya untuk sang pangeran dengan segala kesederhanaan jiwa dan ketulusan hati, mempersembahkan cinta kasihnya yang selama ini terkungkung dalam kebencian terhadap kaum adam.

Sejak pandangan pertama yang berbuah dosa itu, si iblis terjerat dalam cinta buta pada sang pangeran. Degup jantungnya selalu tak menentu kala ia menatap mata elang sang pangeran. Tubuhnya berguncang hebat kala ia bersanding dekat sang pangeran. Hatinya mendesir, bahkan berlari menerjang puncak larangan yang telah dicipta Tuhan sebagai tabir dari sebuah dosa.

Butuh beberapa decade untuk mampu mengembalikan keadaan menjadi seperti semula. Dan dengan segala tipu dayanya, iblis berhasil mempengaruhi hati sang pangeran untuk ikut mendobrak gerbang aturan. Namun iman sang pangeran ternyata terlu kuat untuk digoyahkan dengan sedikit getaran. Butuh usaha yang berlipat-lipat untuk dapat mengaburkan sang pangeran dari labirin kebaikan.

Di sisi lain yang tidak disadari iblis, para dewi menyeringai dari balik punggung sang pangeran. Bersiap menyerang dengan segala kebengisan anak manusia jika sang pangeran jatuh ke tangan si iblis. Bertambahlah keraguan iblis untuk menghancurkan benteng kepercayaan sang pangeran. Iblis menggebu, memaksa mendobrak keluar aturan Allah.

Allah memberiku hidayah. Bahwa aku tak harus merusak sang pangeran untuk dapat bersamanya. Dia menanyakan seberapa besar rasanya mencinta. Dan aku menjawab, terlalu menggairahkan. Allah kembali bertanya, apa yang aku inginkan. Ku jawab, aku ingin bahagia dengannya. Untuk selanjutnya terjadi pertengkaran seru antara diriku dengan nuraniku.

Bahagia seperti apa yang ku maksud?

Aku ingin bersamanya!

Itukah bahagia?

Ya.

Untukku. Bagaimana dengannya? Apakah dia bahagia? Bisakah aku memastikan hatinya? Apakah ini juga yang dia inginkan? Kau tidak tau bagaimana bahagia yang kau inginkan.

Aku ingin dia juga bahagia.

Mana yang lebih penting. Kebahagiaanmu, atau dia yang bahagia?

Dia. Tapi tak pantaskah aku juga mendapat bahagia?

Bukan tak pantas. Namun kau tak harus memaksa. Biarkan dia memilih, menentukan jalan ke bahagianya.

Ya! Mungkin itu yang baik. Itulah yang terbaik.

Jadi apa yang kau dapatkan?

Aku akan mendapatkan dia bahagia, meskipun tanpaku. Apapun. Asalkan dia merasa bahagianya. Ya, Allah. Aku ingin mencintainya dengan sepenuh jiwaku. Menempatkannya di bawahmu dan mereka yang kucintai. Aku tau ini semu, tak mampu ku gapai. Namun aku hanya menginginkan dia bahagia.tak seharusnya aku menginginkannya. Aku menginginkan bahagianya.

Selesai sudah pergulatan batinku dengan kesimpulan bahwa aku akan mencintainya, bukan menginginkannya. Dan kini aku memberinya satu nama baru dalam tahta hatiku. Dia si malaikat maut. Dengan segala keindahan dalam dirinya yang ku andaikan malaikat dan kemampuannya membuatku nyaris terdiam untuk selamanya.

0 komentar:

Post a Comment