RSS

ujian sii iblis

hari ini merupakan ujian lisan terakhir bagiku dan teman-teman SU'EB. bahasa Arab.mmh.speechless deh kalo udah bahasa Arab. apalagi lisan. balelol-balelol deh, kan aku biasa ngancurin bahasa. bisa kacau kalo aku ngomong depan assatidz.

ujian lisan keasramaan kelas satu semester satu. pelajaran fiqh & al-Qur'an. penguji : ustadzah opa nurul arifah. aku ingat. keluar ruangan aku menitikkan air mata, bahkan menangis tersedu di hadapan kawan-kawan (kalo ada yg ingat). ucapku kala itu :"nggak mau lagi lha, ketemu ujian asrama!"
saat itu ada Malo, Rhy", ucupp dan yg lain.
aku juga teringat. podium lapangan serbaguna sekolah. tengah malam. aku dan rhy" masih di sana, bersama para bintang yang memayungi kami dari kepenatan hidup. melingkarkan jari kelingking kami, berikrar. "ana juga ga mau ketemu ujian asrama lagi. akhir semester ini kita keluar yuk. orangtua ana juga udah setuju." itu kataku.
"iya. kalo ayah ana, tadinya ga ngebolehin. tapi ana mau paksa terus ah, biar boleh." itu yang Rhy" bilang

Rhy” udah berhasil keluar dari lingkar yang mengekangnya. Dan aku masih tak tahu mengapa, aku masih berada di sini.

Untuk temanku? Sahabatku? Orangtuaku? UntukMu Allah!


Dan kini aku rela kembali bertemu dengan ujian lisan keasramaan yang memakan hati! (dulu…)

Ujian lisan keasramaan justru menjadi corak khusus sekolah ini. Mental diuji, dan pengetahuan ditanyakan. Setiap orang pasti pandai dan mampu mengingat, menghapal, dan menguasai seluruh materi yang telah diajarkan. Namun tidak semua orang mampu menguasai situasi ujian agar tetap terlihat yakin di hadapan para penguji.


Menanti giliran. Ku coba merefresh kembali semua yang baru saja setengah jam yang lalu kupaksa masuk ke otakku. Di dalam ada empat orang yang sedang bertarung bersama penguji. Setelah ini giliranku. Aku mencoba membaca referensi dari apa yang mungkin ditanyakan. Referensi terbaik : al-Qur’an! Surat an-Nisaa ayat 3 tentang poligami.


“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil[265], maka (kawinilah) seorang saja[266], atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”


Ada sang penjerat hatiku di sana. Kami bertukar pikiran tentang poligami. Poligami. Aku setuju saja dengan poligami jika suamiku kelak yang menginginkannya. Kurasa lebih baik, daripada aku diselingkuhi. Dan menikah lagi lebih halal baginya daripada bermain dengan wanita nakal di luar pernikahan.


Dan seperti Allah sebutkan dalam surat tersebut. Syaratku hanya “suamiku harus mampu bersikap adil! Dan calon istrinya yang baru harus yang lebih sholehah dariku. (iblis…solehah! Bukan suatu yang tidak mungkin.) supaya aku bias bertukar ilmu dan saling mengerti dalam rumah tangga, sehingga apa yang dikhawatirkan seperti ‘ketidakadilan’ tidak akan terjadi dalam rumah tanggaku nantinya.

(kejauhan mikirnya!!!!)


Kembali ke masa ujian.


Ternyata ia tidak setuju dengan poligami. Karena ia masih merasa bahwa dirinya belum bisa bersikap adil, jadi ia takut untuk mengambil jalan poligami. Ia akan berusaha mencintai dan menerima keadaan calon istrinya nanti, dengan satu istri cukup. Berbahagialah wanita yang akan mendampinginya di dunia dan akhirat itu. Aku selalu berharap bahwa itu adalah diriku. Namun ku serahkan semua pada Allah.


Dari membahas poligami kami beralih saling menguji dalam bahasa Arab. Mutaroddifaat.

Awalnya biasa saja. Namun ketika giliranku memberi pertanyaan kepadanya, sesuatu menggetarkan hatiku.


Kangen!


Hmm.apa ya?


Isytaaqo – yasytaaqu!


Oh, iya!


Hening. Aku memang merindukannya. Mata teduhnya, semuanya!


Asytaaquk!


Hah?! Hatiku melonjak kaget mendengar kata yang meluncur dari mulutnya. Mungkinkah…? Tapi! Tak mungkin! Jangan mengharapkan sesuatu yang hanya akan menyakitimu. Siapa tau itu hanya celotehannya yang mencoba membuat kalimat bahasa Arab dari mufrodat yang aku tanyakan.

hh…

aku takkan percaya sampai ia benar” memberikan kata-kata itu hanya untukku dalam lingkar pernikahan yang sah dalam agama dan Negara…!


Ya…Allah! Lindungi hatiku dari duga sangka yang salah.

0 komentar:

Post a Comment